Kamis, 24 Mei 2012

PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM PEMBELAJARAN


PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM PEMBELAJARAN

PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM PEMBELAJARAN
Kita semua tahu bahwa Mengajar bukan merupakan suatu hal yang mudah.Dan merupakan tanggung jawab yang besar bagi seorang guru. Peranan seorang Guru pada dunia pendidikan merupakan hal yang vital. Beberapa masalah yang sering dihadapi adalah masalah-masalah yang menyangkut tentang pribadi dan karakter seorang siswa sebagai objek dari sebuah pembelajaran.
Teknik pendekatan psikologis ini didasarkan pada sifat manusia yang memiliki derajat potensi, latar belakang historis, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki perbedaan, begitu pula dengan pendekatan psikologis seorang guru sebagai pengajar untuk anak didik untuk menjelaskan suatu mata pelajaran. Seorang anak sebaiknya tidak perlu didoktrin, namun diberikan suatu pendekatan psikologis untuk membentuk jiwa seorang anak dengan baik dan bertanggungjawab atas tindakannya. Perhatian orang tua juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, hal ini tentunya dipengaruhi oleh kondisi rumah dan keharmonisan keluarga. Dengan adanya perhatian orang tua, maka anak akan merasa diperhatikan dan juga dibutuhkan oleh orang tuanya. Sehingga sebagai timbal baliknya maka anak akan memberikan yang terbaik untuk orang tuanya.Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang dibahas yaitu Bagaimana pengaruh pendekatan psikologis guru terhadap prestasi belajar siswa .
Disini saya akan menjelaskan beberapa metode pendekatan psikologi dalam pembelajaran.
METODE PENDEKATAN PSIKOLOGI
Secara singkat dan umum, metode sering dipahami sebagai cara atau jalan yag ditempuh seseorang dalam melakukan suatu kegiatan  berkaitan dengan pikologi belajar, metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi penting yag bersifat psikologis dan berkaita dengan proses pembelajaran.
Riset – riset psikologis berkenaan dengan pembelajaran pendidikan agama Islam, memanfaatkan metode tertentu, seperti : (1) eksperimen, (2) kuesioner, (3) studi kasus, (4) penyelidikan klinis, (5) obsevasi naturalistik.
1. Metode Eksperimen
Pada prinsipnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang di lakukan eksperimenter di dalam laboratorium atau ruangan tertentu. Teknik pelakasanaannya dengan menyesuaikan data yang akan diangkat, seperti, data pendengaran siswa, penglihatan  siswa dan gerak mata siswa ketika sedang membaca ataupun mendengarkan guru ketika sedang memberikan pengajaran. Selain itu, eksperimen dapat pula dignakan untuk mengukur kecepatan bereaksi peserta didik terhadap stimulus tertentu dalam proses belajarMetode eksperimen lebih utama digunakan dalam risetnya, hal ini karena, data dan informasi yng dihimpun lebih bersifat definitive ( pasti ) dan llebih ilmiah.
Yang perlu diperhatikan oleh  eksperimenter adalah sikap subjektivitas dari subjek yang diteliti. Untuk mengantisipasi munculnya sikap subjektivitas dari subjek yang diteliti, rancangan eksperimen biasanya dibuat sedemikian rupa, sehingga seluruh unsur penelitian termasuk penggunaan laboratorium dan subjek yang akan benar – benar diteliti benar – benar memenuhi syarat penelitian eksperimental.
Dalam metode eksperimen, objek yang akan diteliti di bagi kedalam dua kelompok, yaitu (1) kelompok percobaan ( eksperimental group ), dan (2) kelompok pembanding ( control group ). Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang yang tingakah lakunya diteliti dengan mendapat perlakuan khusus sesuai dengan data yang akan dihimpun. Kelompok pembanding, juga terdri atas objek dan jumlah katagorinya sama dengan kelompok percobaan, tetapi perilakunya tidak diteliti. Setelah itu data yang berasal dari kelompok percobaan dengan kelompok pembanding. Langkah selanjutnya, adalah melakukan analisis, penafsiran, dan menyimpulkan dengan dibantu dengan statistic tertentu.
2. Metode Kuesioner
Metode ini, lebih banyak menggunakan sample yang biasa dijangkau disamping unit cost setiap responden lebih murah. Contoh data yang yang dapat dikumpulkan atau dihimpun dengan metode ini adalah : (1) karakteristik pribadi siswa seperti jenis kelamin, usia dan lain sebagainya, (2) latar belakang siswa, (3) perhatian, minat, dan bakat siswa pada mata pelajaran tertentu, (4) factor factor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti mata pelajaran tertentu, (5) aplikasi mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari – hari, (6) pengaruh aplikasi mata pelajaran tertentu dalam kehidupan sehari – hari.
Metode kuesioner, sering disebut metode surat- menyurat ( mail survey), karena dalam pelaksanan peyebaran dan perngembaliannya sering dikirim ke dan dari responden melalui jasa pos atau email.
3. Metode Studi Kasus ( Case Study )
Metode Studi Kasus atau Case Study merupakan metode penelitin yang digunakan untuk memperoleh sebuah gambaran terperinci mengenai aspek – aspek psikologis seorag siswa atau sekelompok siswa tertentu.
Fenomena – fenomena dan berbagai peristiwa yang diselidiki dengan metode ini lazimnya terus menerus diikuti perkembangannya selama kurun waktu tertentu. Studi kasus akan memerlukan waktu lebih lama apabila digunakan untukmenyelidiki fenomene genetika  yang dihubungkan dengan prilaku belajar ( perkembangan belajar )
4. Penyelidikan Klinis ( Clinical Method )
Metode klinis hanya digunakan oleh pra ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara – cara memberi perlakuan pemulihan terhadap kelainan jiwa tersebut.
Dalam pelaksanaan penggunaan metode klinis, peneliti menyediakan benda – benda dan pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya. Selanjutnya, peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas tambahan untuk mendukung data yang dihimpun sebelumnya.
Metode klinis pada umumnya hanya diberlakukan untuk meyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan prilaku pikologis .
Sasaran yang kan dicapai oleh peneliti untuk memastikan sebab- sebab timbulnya ketidak normalan prilaku siswa atau kelompok kecil siswa. Selanjutnya peneliti berupaya memilih dan menentukan cara – cara mengatasi prilaku penyimpagan tersebut.
5. Observasi Naturalisik
Metode Observasi Naturalisik merupakan jenis observasi yang dilakukan secara ilmiah. Dalam hal ini peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yng melakukan penelitian. Seorang peneliti atau guru yang menjadi asistennya dapat mengaplikasikan metode ini lewat kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Selama proses belajar mengajar, jenis perilaku siswa diteliti, dicatat dalm lembar format observasi yang dirancang khusus sesuai data dan informsi yang dihimpun oleh pengajar/guru.





Pendekatan Behaviorisme
Pendekatan Behaviorisme menekankan kepada tingkah laku yang boleh dilihat dan diukur. Pendekatan ini dipelopori oleh John B. Watson di Universiti John Hopkins Amerika Syarikat pada tahun 1913 yang berpendapat bahawa tingkah laku dipengaruhi oleh persekitaran dan bukannya unsur-unsur dalaman. Menurut Bernstein (1994), idea-idea Watson inilah yang mengembangkan pendekatan behaviorisme yang menekankan idea bahawa tingkah laku dan proses mental adalah hasil daripada pembelajaran. Menurut pendekatan ini, tingkah laku ialah satu siri gerak balas yang dipelajari dengan wujudnya rangsangan. Pendekatan ini dikenali sebagai psikologi rangsangan gerak balas atau ringkasnya R-G. Selain J.B Watson, ahli-ahli psikologi behaviorisme yang lain ialah B.F Skinner, Ivan Pavlov dan E.L. Thorndike.Menurut Pavlov (1962), setiap rangsangan akan menimbulkan gerak balas dan berlaku pembelajaran apabila terdapat perkaitan antara rangsangan dan gerak balas. Pelaziman bermaksud pembelajaran yang berlaku apabila ada perkaitan antara rangsangan dan gerak balas. Menurut Mahani Razali (2002), Pelaziman klasik pula adalah pembelajaran yang berlaku akibat daripada dua rangsangan ini. B.F. Skinner (1904-1990) bersetuju dengan pendapat Pavlov tetapi menyatakan bahawa tingkah laku dapat diperhatikan dalam jangka panjang supaya dapat mengubah perlakuan yang mudah kepada perlakuan kompleks. Menurut beliau, bimbingan, latihan, ganjaran, pengukuhan dan tunjuk ajar yang berterusan adalah penting bagi menjamin perubahan tingkah laku yang berkesan. Bagi E.L. Thorndike, walaupun pembelajaran berlaku hasil gabungan antara stimulus (rangsangan) dan response (gerak balas) seperti pendapat Pavlov dan Skinner, beliau memberi penekanan terhadap pembelajaran cuba jaya dan pengulangan. Contohnya, Ghazali, seorang murid dalam tahun enam akan terus memperbaiki kelemahan matematiknya hasil dari tunjuk ajar, galakan dan pujian dari gurunya setelah ia berjaya menyelesaikan masalah matematik yang diberikan kepadanya.

Pendekatan Psikoanalitik
Pendekatan ini dipelopori oleh Sigmund Freud (1856-1939) yang berpendapat bahawa sebahagian besar tingkah laku dipengaruhi oleh proses-proses psikologi tidak sedar yang merujuk kepada pemikiran, kebimbangan serta harapan yang tidak disedari oleh seseorang termasuk perlakuan normal dan abnormal hasil daripada faktor ganetik dan persekitaran. Ahli teori pendekatan psikoanalitik menekankan kepentingan zaman awal individu dan percaya bahwa peristiwa masa kecil mempunyai kesan sepanjang hayat pada keadaan psikologi individuTeori struktur personaliti Sigmund Freud membahagikan struktur psikik kepada tiga iaitu id, ego dan superego. Id merupakan sumber dorongan dan nafsu yang diwarisi, mementingkan diri sendiri dan tidak ada pengaruh kepada dunia realiti dan mempengaruhi tingkah laku bayi apabila dorongan atau kemahuannya begitu kuat. Ego pula cuba perlahan-lahan mengambil tanggungjawab mendorong id supaya mengikut kehendak moral dan etika masyarakat sementara superego pula berfungsi sebagai penghantar maklumat nilai moral yang berkembang daripada didikan agama kepada ego yang mengawal id. Mengikut pendekatan ini, sekiranya id dan superego cukup kuat untuk menguasai ego biasanya konflik dalaman akan berlaku dalam diri individu. Teori Freud menyarankan sekiranya konflik antara id, ego dan superego tidak selesai ia akan membawa kepada kecelaruan mental. Contohnya, Zulkarnain seorang murid dalam tahun enam yang akan menghadapi peperiksaan UPSR akan belajar dan berusaha bersungguh-sungguh dalam pelajarannya untuk mendapat keputusan yang cemerlang dalam peperiksaan tersebut dengan selalu mengulangkaji pelajaran, bertanya kepada guru dan bersaing dengan rakan-rakannya dalam setiap ujian dan peperiksaan percubaan yang dijalankan

Pendekatan Kognitivisme
Istilah kognitif merujuk kepada aktiviti-aktiviti mental seperti berfikir, menaakul, menganalisis, membentuk konsep, menyelesaikan masalah dan sebagainya. Pendekatan Kognitivisme merupakan pendekatan yang memberi perhatian khusus kepada proses pemikiran individu seperti kemahiran berfikir secara kritis dan kreatif, kemahiran belajar dan motivasi yang dipelopori oleh ahli psikologi Gestalt, Pieget, Vygotsky, Gagne, Bruner dan Ausubel. Menurut mereka dalam proses pembelajaran, pelajar membentuk struktur kognatif dalam ingatannya. Setiap kali seseorang individu itu belajar, dia akan menyusun pengalaman yang dipelajari dan menyimpannya dalam ingatan. Mereka juga berpendapat bahawa setiap manusia mempunyai keupayaan mental untuk mengelola, menyusun, menyimpan dan menggunakan semula segala pengalaman yang tersimpan untuk membolehkan ia menghubungkaitkan pengalaman tersebut dengan masalah yang dihadapi. Kebolehan ini dikenali sebagai ‘celik akal’.Menurut Gagne (1970), proses pembelajaran bergerak dari peringkat yang paling mudah kepada peringkat yang rumit. Pembelajaran pada aras yang tinggi bergantung kepada pembelajaran pada aras yang rendah. Kajian Teori Bruner mendapati kanak-kanak dapat berfikir dengan menggunakan bahasa iaitu dua proses penguasaan; superordinat dan kompleksif. Superordinat merujuk kepada proses penggunaan konsep, prinsip atau hukum yang semakin berkembang selaras dengan perkembangan keupayaan mental dan peringkat umur manakala kompleksif proses pengurangan penggunaan bahasa yang tidak bercorak konsep atau prinsip selaras dengan perkembangan dan keupayaan mental. Implikasinya semakin berkembangan pemikiran seseorang individu, semakin banyak konsep baru yang akan diperolehinya. Contohnya, Hisyamuddin, murid tahun enam telah mahir menulis esei panjang dengan mempraktikkan teknik menulis esei setelah mempelajarinya secara berperingkat semenjak dari tahun empat lagi.

Pendekatan Humanistik
 Ahli Psikologi dalam pendekatan ini adalah seperti Abraham Maslow, Rollo May, Carls Rogers dan Gordon Allport. Teori pendekatan Humanistik memberi tumpuan kepada apa yang berlaku dalam diri seorang individu seperti perasaan atau emosinya. Teori ini menyatakan bahawa individu terdorong bertindak melakukan sesuatu kerana mempunyai satu kemahuan atau keperluan dan bertanggungjawab di atas segala tindakkannya. Menurut pendekatan ini, kuasa motivasi seseorang individu adalah kecenderungannya untuk berkembang dan mencapai hasrat diri (self-actualization). Ini bermakna setiap individu mempunyai keperluan untuk mengembangkan potensinya ke tahap maksimum. Walaupun terdapat halangan, kecenderungan semulajadi adalah untuk mencapai hasrat diri atau mengembangkan potensi ke tahap yang maksimum. Konsep ini (pencapaian hasrat diri) sebenarnya dipelopori oleh Abraham Maslow yang juga merupakan ahli psikologi humanis.

Abraham Maslow (1970) mengemukakan Teori Hierarki Keperluan Maslow dengan andaian bahawa manusia tidak pernah berasa puas dengan apa yang telah dicapai. Mengikut Maslow kehendak manusia terbahagi lima mengikut keutamaan iaitu keperluan asas fisiologi, keselamatan, penghargaan dan kasih sayang, penghormatan kendiri seterusnya keperluan sempurna kendiri. Rogers (1956) pula mengatakan bahawa manusia sentiasa berusaha memahami diri sendiri, mempengaruhi dan mengawal perlakuan dirinya dan orang lain. Rogers berpendapat bahawa manusia lahir dengan kecenderungan untuk kesempurnaan yang akan memandunya menjadi insan yang matang dan sihat. Jelas di sini bahawa pendekatan ini lebih memberi tumpuan kepada kemahuan seseorang dan menekankan keunikan manusia serta kebebasan mereka untuk memilih matlamat hidup. Contohnya, Karim murid tahun enam yang tidak mendapat kasih sayang dari ibu bapanya dan sentiasa dinafikan haknya dari adik beradiknya yang lain telah menyebabkan ia suka menyendiri dan tidak yakin pada dirinya sendiri sehingga menjejaskan pelajarannya.

Pendekatan Biologi
Pendekatan Biologi cuba mengaitkan tingkah laku manusia dengan kejadian dalam otak dan sistem saraf manusia. Kajian-kajian baru menunjukkan adanya pertalian rapat antara aktiviti otak dengan tingkah laku dan pengalaman. Pendekatan ini juga dikenali sebagai pendekatan biomedik dan dikenali juga sebagai Model Penyakit (Disesease Model) atau Model Perubatan yang berpandangan bahawa masalah yang dihadapi adalah hasil kecacatan tubuh badan, kecederaan atau penyakit yang selalunya mempunyai kesan ke atas otak.

Reaksi emosi seperti ketakutan dan kemaharan telah ditonjolkan oleh haiwan dan manusia ketika dilakukan rangsangan elektrik di kawasan-kawasan tertentu di dalam otak seperti eksperimen yang telah dijalankan oleh Edward Hitzig (1893-1927) dan Gustav Fritsch (1839-1907) terhadap anjing yang dimasukkan dua batang dawai ke permukaan kortikal otaknya. Eksperimen ini jelas menunjukkan tindak balas akan berlaku apabila rangsangan elektrik diberikan dan seterusnya memberi kesan ke atas tingkah lakunya. Oleh yang demikian, salah satu fokus dalam pendekatan ini adalah peranan sistem saraf pusat yang bertanggungjawab mengawal setiap pemikiran dan pergerakan manusia. Contohnya, Salmah murid tahun enam, mengikut rekod kelahirannya telah mengalami masalah yang menyebabkan otaknya tidak memperolehi oksigen secukupnya kerana lambat dilahirkan dalam proses tersebut , telah memberi kesan kepada kemampuan mindanya untuk menerima dan mengingat suatu maklumat seperti tidak mampu mengingat sifir dua.